Polres Tangsel Ungkap Pabrik Tembakau Sintetis

“Tembakau sintetis yang mematikan itu akhirnya terkuak”
Tangerang, MM – Polres Tangerang Selatan, Polda Metro Jaya, berhasil menyingkap jaringan besar peredaran narkotika yang beroperasi lintas kota, dengan pabrik rahasia yang bersembunyi di sebuah apartemen mewah di Cikarang, Kabupaten Bekasi.
Semua bermula dari penangkapan sederhana di kawasan Gading Serpong, Kabupaten Tangerang. Dua pemuda, AS dan FF, tak berkutik ketika petugas menemukan 64 gram tembakau sintetis di tangan mereka. Dari situlah, benang kusut jaringan narkotika ini mulai ditarik.
Tak berhenti di Serpong, polisi bergerak cepat. Di Cianjur, empat orang lain ditangkap: AF, RA, IB, dan RY. Dari mereka, 2,8 kilogram barang haram kembali disita. Penangkapan ini membuka jalan menuju aktor lain yang lebih besar.
Tim penyidik lalu menembus Sleman, Jawa Tengah. Di sana, tiga pelaku berinisial MR, LR, dan BN ditangkap. Informasi dari mereka menjadi kunci terbongkarnya lokasi pabrik tembakau sintetis.
–
Pabrik itu bukan gudang di pelosok atau rumah tak berpenghuni. Justru tersembunyi di apartemen Pollux Chadstone Cikarang, salah satu hunian modern di kawasan industri. Dari lokasi ini, polisi menemukan bahan baku dan 21 kilogram tembakau sintetis siap edar.
Dari sembilan pelaku yang ditangkap, semuanya adalah satu jaringan. Mereka menjual melalui media sosial Instagram dengan sasaran Jabodetabek,” ujar Kapolres Tangsel, AKBP Victor Daniel Henry Inkiriwang.
Meski sembilan pelaku sudah diamankan, polisi masih memburu dua nama besar: SB dan SD. Keduanya diduga sebagai penghubung bahan baku dari Tiongkok.
Bagi para pelaku, jeratan hukum yang menanti tidak main-main. Mereka dijerat Pasal 114 ayat (1) subsider 112 ayat (1) Jo 132 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman pidana maksimal seumur hidup.
Kasus ini menjadi alarm keras. Media sosial kini bukan hanya ruang berbagi cerita, tetapi juga menjadi ladang subur bisnis narkotika. Pasar gelap tembakau sintetis menyasar anak-anak muda perkotaan yang mudah terpengaruh tren instan.
Pengungkapan jaringan ini bukan akhir, melainkan awal peringatan: narkotika bisa bersembunyi di mana saja, bahkan di balik pintu apartemen mewah. (Lukman Hermansyah)